BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Elektron dapat terikat pada inti
atom melalui gaya tarik menarik Coulomb. Jika jumlah elektron berbeda dari
muatan listrik inti, atom tersebut dinamakan sebagai ion. Perilaku elektron
terikat yang seperti gelombang dideskripsikan menggunakan fungsi matematika
yang disebut orbital atom. Tiap-tiap orbital atom memiliki satu set bilangan
kuantumnya sendiri, yaitu energi, momentum sudut, dan proyeksi momentum sudut.
Elektron dapat berpindah dari satu
orbital ke
orbital lainnya melalui emisi ataupun absorpsi foton yang energinya sesuai
dengan perbedaan potensial antarorbital. Metode perpindahan orbital lainnya
meliputi pertumbukan dengan partikel elektron lain. Agar dapat melepaskan diri dari
atom, energi elektron haruslah ditingkatkan melebihi energi pengikatannya. Ini
terjadi pada efek fotolistrik, di mana foton yang berenergi lebih tinggi dari
energi ionisasi atom diserap oleh elektron.
energi ionisasi atom diserap oleh elektron.
Oleh karena elektron bermuatan, ia
menghasilkan momen magnetik orbital yang proposional terhadap momentum sudut.
Keseluruhan momen magnetik sebuah atom adalah setera dengan jumlah vektor momen
magnetik orbital dan momen magnetik spin keseluruhan elektron dan inti atom.
Namun, momen magnetik inti sangatlah kecil dan dapat diabaikan jika dibandingkan
dengan elektron. Momen magnetik dari dua elektron yang menduduki orbital yang
sama (disebut elektron berpasangan) akan saling meniadakan.
2.
Rumusan masalah
1.
Bagaimana menentukan momentum sudut
orbital dan spin ?
2.
bagaimana penerapan prnsip pauli dalam
konfigurasi elektron ?
3.
Tujuan
1. Dapat
mengetahui cara menentukan momentum
sudut orbital dan spin
2.
Dapat mengetahui penerapan prnsip pauli dalam konfigurasi elektron.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Momentum
Sudut Orbital dan Spin
Momentum
sudut berperan yang sangat penting dalam Quantum Mechanics, seperti dalam
Mekanika klasik. Momentum sudut orbital dalam Mekanika klasik adalah L = R × P
atau dalam
istilah komponen
Lx = YPz -
ZPy
Ly = ZPx -
XPz
Lz = XP
y-YP x .
Dalam
Mekanika kuantum persamaan ini tetap berlaku jika P diganti dengan momentum
operator. Selain momentum sudut orbital yang kita butuhkan di dalam mekanika
kuantum untuk memperkenalkan momentum sudut baru yang intrinsik partikel
elementer, yaitu spin. Hal ini akan dibahas secara rinci nanti. Ada sifat dasar
tertentu yang umum untuk semua momentum sudut (dan jumlah dari momentum sudut).
Hubungan Pergantian: Turunkan hubungan pergantian untuk Lx dan Ly
[L x, L y
] = [YPz - ZPy, ZPx - XPz ]
= [YPz, ZPx ] - [YPz, XPz] - [ZPy, ZPx ] + [ZPy,
XPz ]
Dengan
menggunakan persamaan komutatif dapat dievaluasi dengan mudah:
Jadi, [Z,
Pz ] = iђ
Lanjutkan
sekarang dengan menghitung
[Lx, Ly]
Menggunakan hasil ini di dapatkan
[YPz , ZPx
] = Y [Pz, Z] Px = - iђ Y Px
[YPz
, XPz ] = 0 = [ZPy, ZPx ]
[ZPy, XPz
] = X [Z, Pz ] Py = iђ XPy
akhirnya
didapatkan
[Lx, Ly ]
= I ¯ h (XPy - YPx ) = iђ Lz
Hubungan
pergantian ini dapat diambil sebagai definisi umum dari sebuah momentum sudut.
Gambaran
umum dari Momentum Sudut ( J):
Gambaran
dasar vektor momentum sudut adalah:
[Jx, Jy] =
I iђ
Jz
[Jy, Jz] =
I iђ
Jx
[Jz,
Jx] = I iђ
Jy
Dari
hubungan ini kita dapat dengan mudah memperoleh:
[J2,
] = 0 di mana J2x
+ J2y+ J2z
Karena elektron bermuatan listrik
negatif, maka gerak
rotasinya menghasilkan medan magnet dengan momen magnetnya µ, berlawanan arah Ls.
Elektron yang berspin tersebut di
dalam atom mengedari inti, namun dilihat oleh elektron (jika pengamat diam terhadap
elektron), inti yang bermuatan positif tersebut mengedari elektron sehingga
dari sisi elektron terdapat medan magnet akibat edaran inti tersebut.
Suatu keadaan dengan nomor kuantum
momentum sudut spin S (lebih sering diangkat sebagai bilangan kuantum spin)
karena pengaruh medan magnet ini terkuantisasi ruang sebanyak 2s + 1. Dari
pengamatan, nilai tersebut selalu sama dengan 2 sehingga 2s + 2 Atau s = ½
Besar momentum sudut spin
:
Sedangkan komponen momentum sudut spin ke arah medan
magnet adalah :
Sz = msh
... (2)
Dengan ms adalah bilangan kuantum magnetik
spin yang dapat bernilai -s dan +s atau -½ atau ½.
Orbital elektron dan tingkat energi
dari sistem elektron banyak diklasifikasikan menjadi 1s, 2s, 2p, 3s, 3p, 3d,
dan seterusnya dalam kasus atom-atom hidrogenik. Masalahnya adalah bagaimana elektron-elektron
tersebut didistribusikan ke dalam orbital elektron. Apakah seluruh elektron
digabungkan ke dalam orbital yang paling stabil yaitu orbital 1s dengan
energi terendahnya? Kesimpulan dari teori kuantum adalah bahwa hanya ada dua
elektron yang dapat menempati orbital yang sama. Aturan ini berkaitan dengan
momentum sudut khusus yang disebut sebagai spin elektron.
Keberadaan spin elektron dibuktikan
melalui beberapa eksperimen yaitu :
1. Eksperimen berkas atom oleh Stern dan
Gerlach
Aliran atom dapat dihasilkan dalam sebuah ruang vakum melalui nozel setelah
melakukan evaporasi perak atau logam alkali dengan pemanasan. Aliran atom yang
demikian itu dalam vakum disebut sebagai berkas atom. O. Stern dan W. Gerlach
menemukan pada tahun 1922 bahwa berkas atom perak atau atom natrium, yang
memiliki hanya satu elektron pada kulit terluar, berpisah membentuk dua garis
dalam sebuah medan magnet tidak homogen.
Di dalam eksperimen ini berkas atom
perak yang netral dilewatkan dalam suatu medan magnet tak homogen dalam arah
sumbu z (Gb. 1). Jika atom tersebut mempunyai momen magnet µ, maka energi interaksinya dengan medan magnet adalah :
E
= -µβ
... (3)
Di dalam medan magnet dengan gradien dβ/dz, maka atom tersebut mengalami gaya
arah z sebesar :
Fz = µz dβ/dz
... (4)
Secara klasik, momen dipol magnet terorientasi
secara acak sehingga diharapkan berkas atom setelah melewati medan magnet
menjadi melebar. Hasil dalam eksperimen tersebut menunjukkan bahwa berkas atom
terpecah menjadi dua komponen diskret yang berarti bahwa hanya ada dua
kemungkinan nilai dari µz, karena atom perak hanya mempunyai sebuah
elektron di kulit terluarnya, hasil eksperimen di atas menunjukkan bahwa spin
elektron juga hanya mempunyai dua kemungkinan nilai.
Eksperimen ini memberikan gambaran bahwa sebuah elektron
memiliki sebuah momen magnetik, yang merupakan sifat magnetik yang berkaitan
dengan arus listrik melingkar.
Gambar 1. Eksperimen berkas atom oleh Stern dan Gerlach.
2. Garis ganda (doblet) dalam spektrum
atom logam alkali
Sebuah warna oranye dari reaksi pembakaran natrium dapat dipancarkan dari lampu
lecutan listrik dengan uap natrium. Garis-garis hitam (garis Fraunhofer)
ditemukan dalam spektrum dari matahari terdiri dari garis-garis dengan panjang
gelombang yang sama sebagaimana spektrum natrium dan disebut sebagai
garis-garis D. Garis-garis D dari natrium berasal dari transisi antara tingkat
3s dan 3p dan pada garis-garis itu diamati terdiri dari dua garis
yang berdekatan (doblet) pada panjang gelombang 5895.93 Å dan 5889.97 Å. Doblet
seperti itu juga ditemukan pada atom alkali yang lain dan jarak pemisahannya
diketahui akan semakin membesar dengan susunan Li < Na < K < Rb <
Cs. S.A. Goudsmit dan G.E. Uhlenbeck mengusulkan bahwa pemisahan garis spektra
disebabkan oleh momen magnetik dari sebuah elektron yang berkaitan dengan
gerakan melingkarnya. Karena momentum sudut dikaitkan dengan gerakan melingkar
dari sebuah muatan listrik, momentum sudut ini yang menjadi asal usul momen
magnetik dari sebuah elektron. Momentum sudut yang berkaitan dengan gerakan
melingkar oleh sebuah elektron disebut sebagai spin elektron.
Dalam usaha untuk membahas spin
elektron dalam mekanika kuantum, operator harus diperkenalkan seperti pada
momentum sudut orbital. Marilah kita menuliskan momen sudut spin sebagai s topi dan dengan komponen-z ditulis sebagai sz.
Dengan mengambil analogi terhadap momentum sudut orbital, fungsi eigen yang
umum Γ untuk s topi dan sz diharapkan ada
dan harus memiliki hubungan sebagai berikut
s adalah
bilangan kuantum untuk kuadrat dari spin dan disebut sebagai bilangan kuantum
spin. ms adalah bilangan kuantum untuk komponennya dan
disebut sebagai bilangan kuantum spin magnetik. Aturan umum untuk momentum sudut
menyarankan bahwa ms harus memiliki 2s + 1 nilai yang
mungkin dengan s, s – 1,…, s, s + 1, s, s.
Dengan eksperimen, berkas atom
dipisahkan menjadi dua komponen dalam sebuah medan magnet dan spektra logam
alkali terpisahkan menjadi 2 garis. Berdasarkan penemuan ini, ms
disimpulkan hanya memiliki 2 nilai yang mungkin. Ini mengikuti ketentuan bahwa
2s + 1 = 2 dan karenanya kita mendapatkan s, s = 1/2, ms
= ±1/2. Harus dicatat bahwa bilangan kuantum spin adalah sebuah setengah
bilangan bulat dengan hanya satu nilai yaitu s = 1/2. Nilai yang
dibolehkan untuk ms dibatasi hanya pada nilai ±1/2. Spin
adalah momentum sudut yang sangat khusus jika dibandingkan dengan momentum
sudut orbital.
Meskipun sifat yang khusus dari
momentum sudut spin sangat sulit untuk dimengerti secara konseptual,
perhitungan dan perlakuan matematikanya sangatlah sederhana. Karena hanya ada
dua keadaan, maka hanya terdapat dua buah fungsi eigen. Biasanya fungsi spin
berkaitan dengan dengan ms = 1/2 dinyatakan sebagai α, dan fungsi spin yang lain untuk ms =
-1/2 dinyatakan sebagai β.
Dalam kaitan dengan orientasi dari
momen magentik yang berkaitan dengan gerakan berputar, arah ke atas disebut
sebagai spin α dan arah ke bawah disebut sebagai spin
β. Variabel σ untuk fungsi
spin α(σ), β(σ) disebut sebagai koordinat spin. Meskipun keberartian
dari koordinat spin σ tidak jelas, kita tidak perlu untuk
memperhatikan apa yang direpresentasikannya.
Koordinat spin adalah koordinat ke
empat yang mengkuti tiga koordinat untuk posisi dalam ruang tiga dimensi.
Secara formal, nilai yang dimungkinkan untuk koordinat spin hanya ada dua kasus
yaitu orientasi keatas σ = ↑ dan orientasi ke bawah σ = ↓.
Probabilitas untuk menemukan sebuah
elektron pada σ = ↑ adalah sama dengan 1 dalam keadaan
spin ke atas α dan 0 dalam keadaan spin ke bawah β. Di sisi yang lain, probabilitas untuk menemukan sebuah
elektron pada keadaan σ = ↓ adalah sama dengan 0 dalam keadaan
spin ke atas α dan 1 dalam keadaan spin ke bawah β.
Dalam mekanika kuantum, beberapa
integral perlu dihitung dalam kaitannya dengan probabilitas dan normalisasi.
Sebagaimana untuk spin, sebuah penjumlahan yang sederhana untuk dua koordinat
saja, ↑ dan ↓ yang diperlukan. Sebagai contoh persamaan (9) akan menghasilkan :
Dan hal
yang sama
Sebagaimana dapat dilihat dari
perhitungan-perhitungan ini, fungsi-fungsi spin α, β dalam persamaan (9) memenuhi sifat ortonormalitas.
Untuk sebuah fungsi ψ dari sebuah elektron dengan memperhatikan spin elektron,
terdiri dari variabel untuk koordinat spasial x, y, z dan koordinat spin
σ. Jika komponen dari spin elektron sz
memiliki suatu nilai – nilai yang pasti, fungsi spin dapat terdiri dari α atau β. Ini akan memberikan keadaan bahwa
fungsi orbital spasial untuk koordinat kartesian φ(x,y,z) menghasilkan pasangan fungsi gelombang
untuk elektron-elektron yang di akomodasi dalam orbital spasial ini.
Persamaan-persamaan ini berkaitan
dengan sebuah aturan bahwa jumlah elektron dalam setiap orbital spasial (dalam
kasus sebuah atom dengan orbital 1s, 2s, 2px, 2py, 3dxy,
dll.) haruslah tidak melebihi dua.
2.
Prinsip Pauli
Pauli mengemukakan hipotesisnya
yang menyatakan bahwa dalam satu atom tidak mungkin dua elektron mempunyai
keempat bilangan kuantum sama. Misal, 2 elektron akan menempati subkulit 1s.
Tiga bilangan kuantum pertama akan mempunyai nilai yang sama (n = 1, l = 0, m =
0). Untuk itu bilangan kuantum yang terakhir, yaitu bilangan kuantum spin(s)
harus mempunyai nilai berbeda (+1/2 atau -1/2)
Dengan kata lain, setiap orbital maksimal hanya
dapat terisi 2 elektron dengan arah spin berlawanan. Sebagai contoh, pengisian
elektron pada orbital 1s digambarkan sebagai berikut. [1]
Mengapa pada satu orbital hanya dapat ditempati
maksimal oleh dua elektron? Karena jika ada elektron ketiga, maka elektron
tersebut pasti akan mempunyai spin yang sama dengan salah satu elektron yang
terdahulu dan itu akan melanggar asas larangan Pauli dengan demikian tidak
dibenarkan. Jumlah elektron maksimal untuk tiap subkulit sama dengan dua kali
dari jumlah orbitalnya. [1]
- orbital s maksimal 2 elektron,
- orbital p maksimal 6 elektron,
- orbital d maksimal 10 elektron, dan
- orbital f maksimal 14 elektron,
Karena satu orbital hanya ditempati 2 elektron, maka
2 elektron tersebut dibedakan berdasarkan arah putaran (spin) yang berbeda atau
dapat dinyatakan bahwa elektron itu mempunyai bilangan kuantum spin berbeda.
Pertanyaan tentang berapa banyak
elektron yang dapat menempati sebuah orbital atomik seperti pada orbital 1s
adalah masalah yang sangat penting dalam hubungannya dengan spektra atomik dan
sifat-sifat atomiknya. Solusi dari masalah ini diberikan oleh Pauli pada tahun
1924 dan aturan ini disebut sebagai prinsip Pauli atau prinsip eksklusi Pauli.
Prinsip Pauli yaitu tidak mungkin di
dalam atom terdapat 2 elektron dengan keempat bilangan kuantum yang sama. Hal
ini berarti, bila ada dua elektron yang mempunyai bilangan kuantum utama,
azimuth dan magnetik yang sama, maka bilangan kuantum spinnya harus berlawanan.
Setiap orbital dapat ditempati oleh
sebuah elektron dengan spin α atau spin β, akan tetapi
ia tidak dapat ditempati oleh dua atau lebih elektron dengan spin yang sama.
Aturan ini ditetapkan oleh Pauli berdasarkan hasil eksperimen seperti pada
spektra atomik. Hal yang sangat penting adalah bahwa setiap elektron memenuhi
aturan ini, dalam hubungannya dengan pembentukan fungsi gelombang elektron
banyak.
Marilah kita meninjau dua elektron.
Satu terletak pada sebuah koordinat q1 dan yang lain pada q2.
Keadaan ini dinyatakan dengan sebuah fungsi gelombang yang ditulis sebagai Ψ(q1,q2). Hal yang sama sebuah keadaan untuk dua elektron dengan
koordinat yang saling bertukar dapat ditulis sebagai Ψ(q1,q2). Meskipun Ψ(q1,q2) dan Ψ(q2,q1) secara matematika berbeda ekspresi
yang menyatakan penomoran elektron-elektron sebagai 1 dan 2, kita tidak dapat
mengenal setiap perbedaan dalam penomoran ketika kita mengamati elektron. Ini
akan mengakibatkan bahwa probabilitas untuk menemukan elektron nomor 1 pada q1
dan elektron nomor 2 pada q2 harus sama dengan probabilitas
untuk menemukan elektron nomor 1 pada q2 dan elektron nomor 2
pada q1.
Kita bisa menyatakan bahwa tanda dari
sebuah fungsi gelombang dapat berubah atau tidak, ketika sebuah pasangan
partikel yang identik dipertukarkan koordinat geometriknya. Sifat dari partikel
akan menentukan yang mana dari dua kemungkinan tersebut yang dapat terjadi.
1.
Untuk tanda
yang tidak berubah dengan sebuah perkalian +1, fungsi gelombangnya simetrik
terhadap pertukaran koordinat dan partikel tipe ini disebut sebagai partikel
Bose atau boson.
2.
Untuk tanda
yang berubah dengan sebuah perkalian -1, fungsi gelombangnya antisimetrik
terhadap pertukaran koordinat dan partikel tipe ini disebut sebagai partikel
Fermi atau fermion.
Prinsip Pauli menunjukkan bahwa
elektron adalah fermion dan fungsi gelombang akan berubah tandanya jika terjadi
pertukaran koordinat. Jika sebuah fungsi gelombang simetrik diijinkan untuk
elektron-elektron, ini akan berlawanan dengan prinsip Pauli. Sebagai contoh,
marilah kita mengasumsikan bahwa terdapat dua elektron menempati orbital 1s
dengan spin α. Fungsi gelombang Ψ yang berkaitan dengan asumsi ini dinyatakan dengan
fungsi orbital φ1s sebagai berikut :
Jika elektron-elektron adalah foston, akan
ada dua atau lebih elektron yang menempati keadaan 1s yang sama dalam
atom. Akan tetapi, keadaan ini akan berlawanan dengan prinsip Pauli.
Di sisi lain, untuk fungsi gelombang
yang simetrik, tidak ada keadaan yang berlawanan dengan prinsip Pauli yang dapat
diterima. Gambaran ini dapat dengan mudah dilihat ketika sebuah fungsi
gelombang determinan, yang diusulkan oleh J. C. Slater dan disebut sebagai
determinan Slater.
Marilah kita memperkenalkan fungsi
orbital ψ1 dan ψ2 yang juga terkandung koordinat spin sebagai tambahan
dari koordinat spasial. Hamiltonian invarian terhadap pertukaran koordinat dari
partikel identik dan bahwa jika Ψ = ψ1(q1)ψ2(q1)
adalah sebuah solusi dari ψ = Eψ, maka ψ = ψ1(q2)ψ2(q2)
juga merupakan solusi dari ψ = Eψ. Ini akan diikuti dengan keadaan bahwa
determinan di atas memenuhi hubungan Ψ = EΨ. Dengan
menggunakan determinan yang diusulkan oleh Slater, kita dapat membangun sebuah
fungsi gelombang antisimetrik yang terdiri dari fungsi-fungsi orbital.
Sekarang kita mengasumsikan lagi bahwa
ada dua elektron yang menempati orbital 1s dengan spin yang sama yaitu
spin α. Dalam kasus ini, ψ1 = φ1s .α, ψ2 = φ1s .α, atau ψ1s = ψ2. Dengan demikian, kita dapat mengabaikan
indeks dengan ψ1 = ψ2 = ψ.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Telah di bahas dalam makalah ini bahwa elektron dapat berpindah dari satu
orbital ke
orbital lainnya melalui emisi ataupun absorpsi foton yang energinya sesuai
dengan perbedaan potensial antar orbital, Tiap-tiap
orbital atom memiliki satu set bilangan kuantumnya sendiri, yaitu energi,
momentum sudut, dan proyeksi momentum sudut oleh karena elektron bermuatan, ia
menghasilkan momen magnetik orbital yang proposional terhadap momentum sudut.
Keseluruhan momen magnetik sebuah atom adalah setera dengan jumlah vektor momen
magnetik orbital dan momen magnetik spin keseluruhan elektron dan inti atom.
3.2
Saran
Agar kita lebih memahami lagi
tentang pelajaran Orbital dan juga tetang asas pauli serta penerapannya dalam
orbital maka ada baikknya pengetahuan
kita ini kita kembangkan demi mendapatkan pengetahuan yang sangat luas baik
yang ada di dalamnya maupun di luar angkasa.
DAFTAR
PUSTAKA
Beiser, Arthur. 1992.
Fisika Moderen Edisi 4. Jakarta :Erlangga
Serway, A Raymod.
1989. Moderen Physics Third Edition
University Of Nort Carolina – Wilmington
Halliday, Resnick.
1997. Fisika Jilid 2 Edisi 3. Jakarta:
Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
selesai baca, di koment yaa
no plagiat
thanks