Pages

Sabtu, Juni 21, 2014

Perkembangan kecerdasan


BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Bagi sebagian besar orang yang baru berangkat dewasa bahkan yang sudah melewati usia dewasa, pengembangan anak didik dimasa beranjak dewasa adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup mereka. Kenangan terhadap anak saat beranjak dewasa merupakan kenangan yang tidak mudah dilupakan, sebaik atau seburuk apapun saat itu. Sementara banyak orang tua yang memiliki anak berusia dewasa merasakan bahwa usia dewasa adalah waktu yang sulit. Banyak konflik yang dihadapi oleh orang tua dan remaja itu sendiri. Baik itu konflik yang datang dari luar seperti dorongan dari teman-temannya, keluarganya, ataupun dari dalam diri anak didik itu sendiri.
Anak didik yang beranjak dewasa sangat rentan terhadap perubahan-perubahan yang ada, baik dari segi fisik misalnya perubahan postur tubuh, suara, dan lain sebagainya maupun dari segi psikisnya misalnya emosi. Jika psikis yang berubah, maka ini akan sangat mengkhawatirkan jika perubahan tersebut tidak sesuai dengan nilai, moral, serta sikap yang ada yang seharusnya diikuti.
Pada hakekatnya anak didik dalam perkembangan dan pertumbuhannya selalu beroreantasi dengan kondisi social masyarakat baik secara mental, psikologis, atau perilaku yang menonjol. Orang tua sebagai motivator, hendaknya mencerminkan bahwa keluargalah yang mampu memberikan motivasi atau dorongan agar perilaku anak didik cenderung kehal-hal yang sifatnya positif. Disisi lain tanpa disadari bahwa lingkungan juga sangat berperan penting dalam proses pembentukan pencarian jatih diri. Sebab kecerdasan seseorang berawal dari penguasaan bahasa dalam berkomunikasi terhadap sesamanya, akan tetapi konsep kecerdasan majemuk yang mengubah pola berpikir anak didik masih dalam konteks berpikir sesuai dengan rentang IQ, EQ, dan SQ yang ada dalam belahan otak manusia.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menulis suatu makalah dengan judul “  Perkembangan Kecerdasan ”.
1.2              Rumusan Masalah
a.       Bagaimanakah Perkembangan kecerdasan pada seseorang?
b.      Bagaimanakah arti dari kecerdasan?
c.       Jelaskan jenis kecerdasan pada manusia?
1.3              Tujuan
a.       Untuk mengetahui Perkembangan kecerdasan pada seseorang?
b.      Untuk mengetahui tentang kecerdasan?
1.4              Manfaat
Adapun manfaat dalam penyusunan makalah ini yaitu :
a.       Meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang perkembangan kecerdasan
b.      Meningkatkan rasa disiplin dan tanggung jawab dalam menyelesaikan suatu masalah atau pekerjaan yang dibebankan orang lain kepada penulis.
c.       Sebagai bahan bacaan dan acuan bagi diri sendiri, rekan-rekan, serta generasi yang akan datang.








BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Perkembangan Kecerdasan
Kecerdasan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan sukses gagalnya peserta didik belajar di sekolah. Peserta didik yang mempunyai taraf kecerdasan rendah atau di bawah normal sukar diharapkan berprestasi tinggi. Tetapi tidak ada jaminan bahwa dengan taraf kecerdasan tinggi seseorang secara otomatis akan sukses belajar di sekolah.
Secara relatif kecerdasan seorang anak tetap stabil pada suatu derajat kecerdasan, namun terdapat perbedaan kemampuan kecerdasan seorang anak pada usia 3 tahun dibandingkan dengan usia 15 tahun.
Pada umumnya seorang guru menginginkan anak didiknya memiliki kecerdasan emosional yang baik, teratur dan rapi di dalam diri anak. Maka dalam hal ini peranan guru adalah memberikan semangat dan motivasi kepada anak agar dapat mengikuti peraturan-peraturan yang ada dirumah maupun disekolah. Karena dorongan dan motivasi dari orang tua dan guru hendaknya diberikan kepada anak sejak dini. Hal ini berkaitan dengan proses tumbuh kembang anak. Salah satu proses tersebut adalah pembentukan sikap dasar. Sikap dasar anak adalah meniru apa
yang ada dilingkungannya, maka perlu ditanamkan suatu sikap perilaku yang baik, yang bisa dicontoh dan diteladani akan dapat mengidentifikasikan kecerdasan emosional pada anak.
.*  Kecerdasan
            Jensen (1969) mengemukakan pendapatnya bahwal kecerdasan itu diwariskan (ditururikan). la juga mengemukakan bahwa lingkungan dan budaya hanya mempunyai peranan minimal dalam kecerdasan. Dia telah melakukan beberapa penelitian tentang kecerdasan, di antaranya ada yang membandingkan tentang anak kembar yang berasal dari satu telur (identical twins) dan yang dari dua telur (fraternal twins). Identical hvins memiliki genetik yang identik, karena itu kecerdasan (IQ) s^harusnya sama. Fraternel twins pada anak sekandung genetiknya tidak sama karena itu IQ-nya pun tidak sama. 
*  Temperamen
     Temperamen adalah gaya-perilaku karakteristik individu dalam merespons. Ahli-ahli perkembangan sangat tertarik mengenai temperamen bayi. Sebagian bayi sangat aktif menggerak-gerakkan tangan, kaki dan mulutnya dengan keras, sebagian lagi lebih tenang, sebagian anak menjelajahi lingkungannya dengan giat parta vvaktu yang lama dan sebagian lagi tidak demikian. Slebagian bayi merejpons orang Iain dengan hangat, sebagai lagi pasif dart acuh tidak acuh. .Gaya-gaya perilaku tersebut di atas menunjukkan temperamen seseorang.
Menurut Thomas & Chess (1991) ada tiga tipe dasar temperamen yaitu mudah, sulit, dan lambat untuk dibangkitkan :
1.      Anak yang mudah umumnya mempunyai suasana hati yang positif dan dapat       dengan cepat membentuk kebiasaan yang teratur, serta dengan mudah pula  menyesuaikan diri dengan pengalaman baru.
2.      Anak yang sulit cenderung untuk bereaksi secara negatif serta sering menangis dan lambat untuk menerima pengalaman-pengalaman baru.
3.      Anak yang lambat untuk dibangkitkan mempunyai tingkat kegiatan yang rendah, kadang-kadang negatif, dan penyesuaian diri yang rendah dengan lingkungan atau pengalaman baru.
     Tidaklah mudah membentuk pribadi anak dengan kecerdasan emosional yang ideal, seorang guru perlu memiliki kesabaran dan ketelitian dalam membentuk kecerdasan emosional. Diantaranya melalui permainan, sebab pada usia inilah anak mulai belajar, dimana dunia mereka adalah dunia bermain melalui belajar atau belajar melalui bermain. Apalagi didalam permainan-permainan itulah ternyata terkandung proses utama pembentukan kecerdasan emosi anak.
     Paradigma pendidikan yang mengacu pada kerangka berpikir cognitive wholistic menyebabkan proses dan pelaksanaan pendidikan lebih mengutamakan perkembangan intelektual dan pemikiran rasional. Sebagai akibatnya, hampir semua upaya dan model pendidikan dikembangkan tercurah untuk tujuan pengembangan kecerdasan intelektual tersebut. Secara makro hal tersebut dimaksudkan untuk membentuk manusia Indonesia yang handal dan mampu bersaing di era globalisasi. Namun kenyataan yang berkembang di lapangan menunjukkan bahwa kesenjangan antara berkembangnya kecerdasan intelektual dengan kecerdasan emosional, berakibat munculnya berbagai perilaku negatif pada siswa diantaranya adalah makin meningkatnya perilaku agresi, dan perilaku yang melanggar aturan, serta berbagai bentuk kenakalan lain, sebagai perwujudan kurangnya pengendalian diri yang dimiliki oleh anak. Untuk itu diperlukan pemahaman para pendidik terhadap konsep kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional dan upaya pengembangannya.
2.2  Jenis Kecerdasan pada manusia
Oward Gardener seorang ahli riset dari Amerika, terdapat 8 jenis kecerdasan pada manusia, yaitu:
1. kecerdasan linguistik
Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap arti kata, urutan kata, suara, ritme dan intonasi dari kata yang di ucapkan. Termasuk kemampuan untuk mengerti kekuatan kata dalam mengubah kondisi pikiran dan menyampaikan informasi.
2. kecerdasan logik matematik
Kecerdasan logik matematik ialah kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. Ia mampu memikirkan dan menyusun solusi (jalan keluar) dengan urutan yang logis (masuk akal). Ia suka angka, urutan, logika dan keteraturan. Ia mengerti pola hubungan, ia mampu melakukan proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir deduktif artinya cara berpikir dari hal-hal yang besar kepada hal-hal yang kecil. Proses berpikir induktif artinya cara berpikir dari hal-hal yang kecil kepada hal-hal yang besar.
3. kecerdasan visual dan spasial
Kecerdasan visual dan spasial adalah kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia visual dan spasial secara akurat (cermat). Visual artinya gambar, spasial yaitu hal-hal yang berkenaan dengan ruang atau tempat. Kecerdasan ini melibatkan kesadaran akan warana, garis, bentuk, ruang, ukuran dan juga hubungan di antara elemen-elemen tersebut. Kecerdasan ini juga melibatkan kemampuan untuk melihat obyek dari berbagai sudut pandang.
4. kecerdasan musik
Kecerdasan musik adalah kemampuan untuk menikmati, mengamati, membedakan, mengarang, membentuk dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap ritme, melodi dan timbre dari musik yang didengar. Musik mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan kemampuan matematika dan ilmu sains dalam diri seseorang.
Telah di teiliti di 17 negara terhadap kemampuan anak didik usia 14 tahun dalam bidang sains. Dalam penelitian itu ditemukan bahwa anak dari negara Belanda, Jepang dan Hongaria mempunyai prestasi tertinggi di dunia. Saat di teliti lebih mendalam ternyata ketiga negara ini memasukkan unsur ini ke dalam kurikulum mereka. Selain itu musik juga dapat menciptakan suasana yang rileks namun waspada, dapat membangkitkan semangat, merangsang kreativitas, kepekaan dan kemampuan berpikir. Belajar dengan menggunakan musik yang tepat akan sangat membantu kita dalam meningkatkan daya ingat.

5. kecerdasan interpersonal
Kecerdasan interpersonal ialah kemampuan untuk mengamati dan mengerti maksud, motivasi dan perasaan orang lain. Peka pada ekpresi wajah, suara dan gerakan tubuh orang lain dan ia mampu memberikan respon secara efektif dalam berkomunikasi. Kecerdasan ini juga mampu untuk masuk ke dalam diri orang lain, mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan, sikap orang lain dan umumnya dapat memimpin kelompok.
6. kecerdasan intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan yang berhubungan dengan kesadaran dan pengetahuan tentang diri sendiri. Dapat memahami kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Mampu memotivasi dirinya sendiri dan melakukan disiplin diri. Orang yang memilki kecerdasan ini sangat menghargai nilai (aturan-aturan) etika (sopan santun) dan moral.
7. kecerdasan kinestetik
Kecerdasan kinestetik ialah kemampuan dalam menggunakan tubuh kita secara terampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran dan perasaan. Kecerdasan ini juga meliputi keterampilan fisik dalam bidang koordinasi, keseimbangan, daya tahan, kekuatan, kelenturan dan kecepatan.
8. kecerdasan naturalis
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali, membedakan, mengungkapkan dan membuat kategori terhadap apa yang di jumpai di alam maupun lingkungan. Intinya adalah kemampuan manusia untuk mengenali tanaman, hewan dan bagian lain dari alam semesta.


BAB III
PENUTUP
3.1   Kesimpulan
ü  Kecerdasan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan sukses gagalnya peserta didik belajar di sekolah.
ü  Secara relative kecerdasan seseorang bergantung kepada bagaimana ia bisa  menguasai kecerdasan IQ, EQ, dan SQ dalam otak seseorang. Dapat diketahui bahwa otak seseorang terdiri dari belahan otak kanan dan otak kiri yang masing - masing mempunnyai fungsi yang berbeda.
ü  tiga tipe dasar temperamen yaitu mudah, sulit, dan lambat untuk dibangkitkan :
1.      Anak yang mudah umumnya mempunyai suasana hati yang positif dan dapat dengan cepat membentuk kebiasaan yang teratur, serta dengan mudah pula  menyesuaikan diri dengan pengalaman baru.
2.      Anak yang sulit cenderung untuk bereaksi secara negatif serta sering menangis dan lambat untuk menerima pengalaman-pengalaman baru.
3.      Anak yang lambat untuk dibangkitkan mempunyai tingkat kegiatan yang rendah, kadang-kadang negatif, dan penyesuaian diri yang rendah dengan lingkungan atau pengalaman baru.
3.2   Saran
        Penulis mengharapkan kepada setiap orang tua agar mendidik putra -  putrinya sebagaimana kewajiban seorang guru, baik dalam konteks sekolah maupun luar sekolah dengan tujuan agar putra- putrinya mampu mengklasifikasikan beberapa kecerdasan dalam pertumbuhan dan perkembangannya.


DAFTAR PUSTAKA
Djajadisastra, Y. 1988. Psikologi Perkembangan, Jakarta : Depdikbud
Hurlock, E.B. 1978. Development Psycology, New York : McGrawa-Hill. Inc.
Simanjuntak, B. Dan Pasaribu I.L. 1990. Pengantar Psikologi Perkembangan dan Pertumbuhan Anak Didik, Bandung : Tarsito




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

selesai baca, di koment yaa
no plagiat
thanks